Selasa, 17 April 2012

TEKNIK PENGUKURAN FAKTOR LINGKUNGAN ABIOTIK


LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI DASAR

TEKNIK PENGUKURAN FAKTOR LINGKUNGAN ABIOTIK



Nama Dosen             : Dini Fardila M,Si
Nama                         : Renny Ambar Puspitaningrum
NIM                            : 1110095000021
Kelompok                 : 1 (satu)
Semester                     : 3/A
Tanggal Praktikum : 5 Oktober 2011


                         
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
 JAKARTA
2011

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungan. Komponen-komponen yang ada di dalam lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan membentuk suatu sistem kehidupan yang disebut ekosistem. Suatu ekosistem akan menjamin keberlangsungan kehidupan apabila lingkungan itu dapat mencukupi kebutuhan minimum dari kebutuhan organisme.
Lingkungan merupakan kompleks dari faktor yang saling berinteraksi satu sama lainnya, tidak saja antara faktor-faktor biotik dan abiotik, tetapi juga antara biotik maupun abiotik itu sendiri. Dengan demikian secara operasional adalah sulit untuk memisahkan satu faktor terhadap faktor-faktor lainnya tanpa mempengaruhi kondisi keseluruhannya. Meskipun demikian untuk memahami struktur dan berfungsinya faktor lingkungan ini, secara abstrak kita bisa membagifaktor-faktor lingkungan ke dalam komponen-komponennya. Berbagai cara dilakukan oleh parapakar ekologi dalam pembagian komponen lingkungan ini, salah satunya adalah pembagian dibawah ini :
1. Faktor iklim, meliputi parameter iklim utama seperti cahaya, suhu, ketersediaan
    air dan angin.
2. Faktor tanah, merupakan karakteristik dari tanah seperti nutrisi tanah, reaksi
    tanah, kadar air tanah, dan kondisi fisika tanah.
3. Faktor topografi, meliputi pengaruh dari terrain seperti sudut kemiringan, aspek
    kemiringan tanah, tinggi dari permukaan laut.
4. Faktor biotik, merupakan gambaran dari semua interaksi dari organisme hidup
    seperti kompetisi, peneduhan.

1.2. Tujuan Penelitian
·      Agar mahasiswa dapat mengetahui faktor abiotik apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan makhluk hidup di lingkungan yang berbeda-beda.
·      Agar mahasiswa dapat mengetahui faktor abiotik apa saja yang mempengaruhi distribusi makhluk hidup pada berbagai lingkungan yang berbeda-beda.
·      Agar mahasiswa dapat menghitung kondisi fisik ketika melakukan praktikum dilapangan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengukuran faktor lingkungan abiotik terestrial
Faktor lingkungan abiotik merupakan semua aspek kimia dan fisika dari lingkungan yang memengaruhi pertumbuhan dan distribusi hewan dan tumbuhan. Udara dan tanah adalah faktor abiotik yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan biota terestrial. Selain pengukuran pada kondisi fisika-kimia faktor lingkungan habitatnya, kehadiran tumbuhan terutama dapat memengaruhi kondisi udara dan tanah.
1.1. Mikroklimat
  Kondisi udara yang berpengaruh atau berhubungan langsung dengan tumbuhan disebut mikroklimat. Walaupun hanya dalam daerah yang sangat kecil mikroklimat dapat menyebabkan adanya variasi dalam tipe dan komposisi tumbuhan. Komponen mikroklimat tersebut antara lain temperatur udara, kelembaban udara, intensitas cahaya dan kecepatan angin.
·  Temperatur Udara
Pengukuran temperatur dapat dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Pengukuran kuantitatif dinyatakan dalam satuan kalori yaitu gram kalori atau kilogram kalori sedangkan pengukuran kualitatif dinyatakan dalam satuan derajat Celcius, derajat Fahrenheit, Reamur atau Kelvin. Pengukuran secara kualitatif dilakukan dengan alat termometer. Termometer bekerja berdasarkan prinsip pemuaian atau pengerutan suatu zat padat ataucairan akibat pemanasan atau pendinginan. Zat cair yang digunakan adalah air raksa ataualkohol yang diberi warna agar mempermudah dalam pembacaan. Penamaan termometer disesuaikan dengan zat cair yang digunakan, misalnya termometer air raksa atau termometer alkohol.
Temperatur digunakan dengan cara membaca skala pada ujung kolom air raksa dalam satuan derajat Celcius (ºC). Badan termometer tidak boleh dipegang secara langsung dengan tangan agar tidak mengganggu pembacaan.

·  Kelembaban Udara
Kelembaban udara menandakan sejumlah uap air yang terkandung di udara atau atmosfer, biasanya dinyatakan dalam berat uap air untuk setiap volume udara tertentu. Berdasarkan perhitungan di atas, maka setiap suhu tertentu di tempat yang sama akan memberikan harga kelembaban tertentu yang disebut kelembaban absolut. Kelembaban yang umum dipergunakan adalah kelembaban udara relatif, yaitu berdasarkan perbandingan tekanan uap air di udara pada waktu pengukuran dengan tekanan uap air jenuh pada suhu yang bersamaan.
Alat yang dipergunakan untuk menentukan kelembaban udara relatif (relative humidity) adalah sling psychrometer. Alat ini menggunakan dua termometer. Termometer pertama digunakan untuk mengukur suhu udara biasa dan termometer yang kedua digunakan untuk mengukur suhu udara jenuh karena pada bagian bawah termometer dilengkapi dengan kainyang dibasahi air. Berdasarkan bacaan dari kedua termometer tersebut, nilai kelembaban relatif dapat ditentukan dengan menggunakan tabel konversi tertentu, misalnya tabel dari Taylor. Pada sling psychrometer tipe tertentu nilai kelembaban dapat langsung dibaca pada alat.
Selain menggunakan sling psychrometer, kelembaban udara relatif juga dapat diukur menggunakan Hygrocheck Hanna HI 98601 yang dilengkapi dengan sensor (probe) sehingga penggunaan alat ini relatif lebih mudah.

·  Intensitas Cahaya
Intensitas dan lamanya radiasi sinar matahari tidak hanya mempengaruhi variabel atmosfer seperti suhu, kelembaban dan angin, tetapi juga memengaruhi jumlah energi untuk produksi bagi hewan dan tumbuhan. Pengukuran intensitas cahaya dapat dilakukan dengan menggunakan Light Meter atau Lux Meter.

·  Kecepatan Angin
Angin adalah gerakan atau perpindahan masa udara pada arah horizontal yang disebabkan oleh perbedaan tekanan udara dari satu tempat dengan tempat lainnya. Angin diartikan pula sebagai gerakan relatif udara terhadap permukaan bumi, pada arah horizontal atau hampir horinzontal. Masa udara ini mempunyai sifat yang dibedakan antara lain oleh kelembaban (RH) dan suhunya, sehingga dikenal adanya angin basah, angin kering dan sebagainya.
Kecepatan angin adalah jarak tempuh angin atau pergerakan udara per satuan waktu dan dinyatakan dalam satuan meter per detik (m/s), kilometer per jam (km/j), dan mil per jam (mi/j). Satuan mil (mil laut) per jam disebut juga knot (kn); 1 kn = 1,85 km/j = 1,151mi/j = 0,514 m/d atau 1 m/d = 2,237 mi/j = 1,944 kn. Kecepatan angin bervariasi dengan ketinggian dari permukaan tanah, sehingga dikenal adanya profil angin, dimana makin tinggi gerakan angin makin cepat. Kecepatan angin diukur dengan menggunakan alat yang disebut Anemometer atau Anemograf.

1.2. Tanah

       Tanah merupakan sebuah badan yang terbentuk dari hasil pelapukan batuan induk akibat aktivitas iklim dan organisme serta materi organik hasil proses dekomposisi yang mampu mendukung kehidupan. Komponen penyusun tanah terdiri dari partikel mineral, bahan organik, air dan udara.
       Pada ekosistem terestrial, tanah merupakan faktor lingkungan abiotik yang amat penting. Tanah merupakan substrat alami bagi tumbuhan, habitat bagi detrivora dan mikroba. Didalamnya mineral dan zat organik terkumpul. Akan tetapi hal tersebut tidak termanfaatkan bila kondisi fisika-kimia tanah diluar toleransi organisme yang ada didalamnya atau diatasnya. Faktor fisika-kimia tanah mempengaruhi sebaran organisme tanah baik secara vertikal (hewan tanah dan mikroba) maupun horizontal (vegetasi). Oleh karenanya dalam analisis elosistem terestrial dipandang perlu untuk mengumpulkan data fisika-kimia tanah.

·  Profil Tanah
Profil tanah merupakan gambaran tanah secara vertikal. Secara vertikal, tanah umumnya membentuk zona-zona yang disebut horison tanah. Profil tanah tersebut umumnya terdiri dari beberapa horison. Horison O terdiri dari materi organik segar atau belum terdekomposisi secara sempurna. Horison A atau topsoil mengandung materi organik yang tinggi bercampur dengan partikel mineral. Horison B adalah zona ‘penumpukan’ (illuvation zone); tempat terkumpulnya mineral dan humus akibat proses pencucian atau pelindian (leaching) dari horison A. Horison C berisi batuan induk.
·      Kandungan Air atau Kelembaban Tanah
Kandungan air tanah secara kuantitatif dapat ditentukan dengan menghitung jumlah air yang terkandung didalam tanah dengan berat segar tertentu. Kandungan air dapat dinyatakan sebagai persentase air terhadap berat segar tanah.

·  Kandungan Organik dan Mineral (Anorganik) Total Tanah
Zat organik umumnya berasal dari proses pelapukan/penguraian serasah pada lapisan teratas tanah. Secara teoritis palisan yang kaya zat organiknya adalah lapisan humus. Penentuan kandungan organik dan anorganik tanah yang paling sederhana adalah dengan cara pengabuan.

·  pH Tanah
pH tanah adalah faktor kimia tanah penting yang menggambarkan sifat asam atau basa tanah. Nilai pH tanah adalah nilai negatif logaritma dari aktivitas ion hidrogen tanah. Besarnya nilai pH tanah dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya jenis batuan induk, tipe vegetasi dan aktivitas pemupukan. pH tanah menentukan kelarutan unsur-unsur hara dalam larutan tanah, sehingga pH akan memengaruhi ketersediaan unsur-unsur hara bagi tumbuhan (Barbour et al, 1999). Pengukuran pH tanah dapat dilakukan dengan pH-meter elektronik, soil tester dan kertas pH universal.

·  Suhu Tanah
Untuk mengukur suhu tanah dipergunakan alat Weksler. Termometer pada alat ini disimpan dalam tabung kayu yang ujungnya berupa logam meruncing. Antara logam dengan termometer terdapat serbuk logam yang menutupi ujung termometer dan terdapat pada bagian atas logam runcing tadi. Logam di bagian ujung merupakan bagian yang dimasukkan ke dalam tanah. Panas dari tanah akan mempengaruhi logam dan kemudian akan diinduksikan ke serbuk logam. Panas serbuk logam ini akan berpengaruh pada termometer dan ditunjukkan oleh perubahan tinggi air raksa yang terbaca pada skala. Seandainya termometer tanah tidak tersedia, bisa juga dipergunakan termometer udara biasa namun harus dilakukan dengan hati-hati.

·  Tekstur Tanah
Tekstur tanah adalah proposi relatif dari partikel utama pembentuk tanah yaitu pasir (sand), debu (silt), dan liat (clay).
Jenis partikel utama tanah dibedakan berdasarkan ukurannya:
§  pasir ukuran partikel > 0,05 mm
§  debu ukuran partikel antara 0,002-0,05 mm
§  liat ukuran partikel < 0,002 mm
     Tekstur tanah menentukan sifat dari tanah tersebut, baik sifat fisika maupun sifat kimia. Pergerakan air baik vertikal maupun horizontal, persentase sisten kapiler dan kadar air tanah akan berlainan pada keadaan tanah yang teksturnya tidak sama. Demikian pula derajat kesuburan tanah akan sangat bergantung pada tekstur ini.
Untuk pengukuran tekstur secara kuantitatif, persentase masing-masing jenis partikel ditentukan di laboratorium, salah satunya dengan menggunakan metode yang berdasarkan pada Hukum Stokes yang menghubungkan kecepatan pengendapan partikel dengan ukuran dan kerapatannya. Ukuran partikel dapat diestimasi dari kerapatan suspensi tanah yang mengendap pada waktu yang berbeda (Brower et al, 1998).
Bila persentase dari ketiga jenis partikel tanah sudah diketahui, tekstur tanah dapat ditentukan dengan menggunakan ‘segitiga tekstur’ yang menunjukkan komposisi dari ketiga komponen partikel tanah (Gambar 1).
Selain penentuan secara kuantitatif, tekstur tanah dapat pula ditentukan secara cepat dilapangan secara kualitatif berdasarkan pilinan jari. Cara ini sangat umum dilakukan dalam survei lapangan karena mudah dan praktis. Caranya adalah dengan memilin sejumlah cuplikan tanah diantara telunjuk dan ibu jari, kemudian berdasarkan berbagai kriteria, salah satunya kriteria dari Clark, tekstur tanah tersebut dianalisis.
Gambar 1. Segitiga Tekstur Tanah

                   Tekstur tanah ada lima kriteria diantaranya :
1.      Tanah pasir, butiran terasa keras dan lepas satu sama lain, tidak dapat dibentuk dalam keadaan kering, partikel-partikelnya terlepas.
2.      Tanah pasir berlumpur, sulit dibentuk, pada tangan memberi warna  lemah, masih dapat dirasakan adanya butiran kasar.
3.      Tanah lumpur berpasir, dapat dibentuk dengan baik, dapat dipilin sampai sebesar hitamnya karbon pinsil. Sangat nyata memberi warna pada jari tangan.
4.      Tanah lumpur, dapat dibentuk dengan baik, lengket pada sendok, dengan kuku tidak meninggalkan bekas mengkilat tapi terlihat sedikit kasar, memberi warna pada tangan.
5.      Tanah liat, sangat lengket dan licin, dengan kuku bekasnya mengkilat, bila kering merekah.

·  Bobot Isi (bulk density)
Bobot isi adalah perbandingan antara massa tanah pada keadaan kering konstan dengan volumenya. Satuan bobot isi dalam gcm-1. Bobot isi dapat digunakan untuk menentukan porositas tanah, yang dapat dijadikan sebagai indikator penetrasi akar dan aerasi tanah pada lapisan tanah yang berbeda. Nilai bobot ini bervariasi, bergantung pada kelembaban dan tekstur tanah.
Cara pencuplikan tanah untuk menentukan nilai bobot isi menggunakan core sampler (cincin pencuplik). Alat ini silinder tanpa alas dan tutup dengan tinggi dan diameter tertentu. Bisa terbuat dari paralon, pipa besi atau stainless steel. Bibir silinder bagian bawah dibuat runcing untuk memudahkan dalam melakukan pencuplikan.

·  Porositas
Jumlah, ukuran distribusi pori pada tanah digunakan sebagai indikator kondisi fisik tanah. Porositas tanah dapat mempengaruhi aerasi, aliran air dan penetrasi akar di dalam tanah.
Total porositas dihitung dari bulk density dan particle density. Particle density atau kepadatan partikel tanah mineral berkisar antara 2,6-2,7 gcm-1. Pada tanah yang tidak atau mengandung sedikit zat organik, kepadatan partikelnya 2,7 gcm-1, tanah dengan kandungan organik sedang 2,65 gcm-1 dan tanah dengan kandungan organik tinggi kepadatan partikelnya lebih rendah dari 2,6 gcm-1. Namun dalam praktiknya nilai total porositas seringkali dipakai angka 2,65. Total porositas tanah dinyatakan sebagai persentase volume total pori (rongga) yang diisi oleh udara dan air diantara partikel tanah berdasarkan nilai bulk density dan kepadatan partikel (particle density).



















BAB III
METODOLOGI
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
·         Lokasi Penelitian
Halaman Pusat Laboratorium Terpadu (PLT) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
·         Waktu Penelitian
Rabu, 5 Oktober 2011

3.2. Alat dan Bahan
·         Alat :
·         Termometer
·         Timbangan analitik
·         Sling psychrometer
·         Desikator
·         Lux Meter
·         Oven
·         Anemometer
·         Kursibel
·         Soil tester
·         Cawan porselen
·         Core Sampler
·         Sekop/linggis
·         Bahan
·         Tanah
·         Aquadest

3.3. Cara Kerja
·         Termometer (mengukur suhu udara dengan satuan ºC/ºK/ºF)
Memegang alat pada pegangannya kemudian lihat skala yang ditunjukkan. Bila perlu sebelum digunakan skala alat harus diskala nol dengan diberi pendingin.

·         Sling psychrometer (untuk mengukur kelembaban udara)
Kain yang terdapat pada salah satu bagian termometer dibasahi dan biarkan termometer yang lain tetap kering. Sling diputar selama 3 menit dengan posisi jauh dari tubuh, sehingga termometer membaca suhu udara bukan suhu tubuh. Hasil pengukuran pada kedua termometer dibaca sebagai suhu kering dan suhu basah. Nilai suhu kering dan selisih antara suhu basah dan suhu kering tersebut dimasukkan ke dalam tabel sehingga didapat nilai kelembaban relatif.

·         Lux Meter (untuk mengukur intensitas cahaya dengan satuan lux)
Ditekan tombol on/off untuk menyalakan alat. Alat dikalibrasi sebelum digunakan yaitu dengan cara:
1.      Sensor cahaya dibiarkan tetap tertutup kemudian dipilih range pengukuran melalui tombol “range switch”. Setelah itu tombol “zero” ditekan sehingga layar menunjukkan nilai 0.
2.      Penutup sensor kemudian dibuka untuk melakukan pengukuran.
Pengukuran dilakukan dengan menghadapkan sensor pada sumber cahaya
yang akan diukur kemudian nilai intensitas cahayanya akan tertera pada layar.

·         Anemometer
Kalibrasi anemometer dengan cara memutar baling-baling anemometer sehingga skala besar menunjukkan angka 0. Setelah anemometer menunjukkan skala 0 maka cari arah angin. Bila baling-baling berputar maka disitulah arah angin dan skala besar dan skala kecil akan berputar berdasarkan kecepatan angin dilingkungan sekitar.

·         Kandungan Air Tanah
5 gr tanah ditimbang dan ditaruh ke dalam cawan porselen yang sudah diketahui beratnya. Kemudian dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam dengan suhu 105ºC. Lalu cawan porselen dimasukkan ke dalam desikator selama 15-30 menit. Kemudian dilakukan penimbangan berat kering tanah serta dihitung persentase kandungan air tanahnya.

·         Kandungan Organik dan Mineral
Cuplikan tanah yang sudah kering diambil 5 gr. Kemudian dimasukkan kedalam cawan porselen yang sudah diketahui beratnya. Kemudian dilakukan proses pengabuan selama 24 jam dengan suhu tinggi (1000-1200ºC). Lalu masukkan ke dalam desikator selama 15-30 menit. Kemudian dilakukan penimbangan berat tanah abu serta dihitung persentase kandungan organik dan mineral yang terkandung dalam tanah.

·         pH Tanah
o   Pengukuran dengan pH-meter elektronik
Pengukuran dengan pH-meter dilakukan dengan cara : 10 gram tanah dan 20 ml aquades dicampurkan dalam beaker glass. Diaduk sesekali terhadap campuran selama 15 menit. Elektroda pH-meter dimasukkan kedalamnya dan pH diukur.
o   Pengukuran pH dengan menggunakan soil tester
Cara penggunaannya: Keseluruhan sensor dari soil tester ditancapkan ke dalam tanah dan pH dapat langsung dibaca. Setelah dipakai, bagian sensor dibersihkan dari bekas-bekas tanah dengan air aquades.
o   Pengukuran dengan kertas pH universal
Cara penggunaannya: kertas pH ditekan langsung pada tanah yang inin diketahui pH-nya. Maka pH tanah akan terbaca dan nilai pH dapat diketahui dengan mencocokkan kertas uji tersebut pada bagan warna pH.

·         Bobot Isi (bulk density)
Bersihkan tanah terlebih dahulu dari rumput dan serasah. Kemudian core sampler diletakkan diatas tanah. Pada lingkaran tersebut dibuat lubang mengelilingi core sampler sedalam 10 cm. Core sampler ditekan dengan hati-hati dengan cara dipukul secara perlahan-lahan. Kemudian tanah yang sudah masuk kedalam core sampler dipotong dengan menggunakan sekop. Tanah tersebut diratakan. Kemudian disimpan di suatu wadah agar tanah tidak hancur. Tinggi tanah yang ada didalam core sampler diukur. Ditimbang berat segar tanah dengan menggunakan timbangan analitik Dioven selama 24 jam pada suhu 105ºC. Ditimbang berat kering tanah tersebut.

3.4. Analisis Data
     Berdasarkan hasil pengamatan di halaman laboratorium pusat laboratorium terpadu (PLT) didapat beberapa rata-rata parameter lingkungan. Adapun parameter lingkungan yang diamati adalah temperatur udara, kelembaban udara, intensitas cahaya, profil tanah, pH tanah, suhu tanah, tekstur tanah, bobot isi dan porositas tanah.
  • Pembentukan tanah


S = f (cl, o, r, p,t, .....)
 
 


            cl = iklim; o = aktifitas organisme; r = topografi; p = tipe batuan induk; t = waktu

·         Kandungan Air atau Kelembaban Tanah

 Kandungan air tanah (%) =  x 100 %
·         Kandungan Organik Tanah

Kandungan organik tanah (%) =  x 100 %
  • Kandungan Mineral (Anorganik) Tanah
Kandungan mineral tanah (%) =  x 100 %
  • Bobot Isi (bulk density)
Bulk density  =
  • Total Porositas
Total Porositas (%)  = 1 – x 100%



















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
·         Pengukuran temperatur / suhu
Suhu tanah   : 26º C
Suhu udara   : 29º C

·         Pengukuran kelembabaan udara
Suhu basah   : 25º C
Suhu kering  : 28º C

·         Pengukuran intensitas cahaya
Digital
 
Pengukuran I    : 20 Lux
Pengukuran II   : 40 Lux
Pengukuran III : 30 Lux
Manual
 
            Pengukuran I   : 8,33 klx
            Pengukuran II : 9,35 klx
            Pengukuran III: 5,49 klx

·         Pengukuran kecepatan angin
Kecepatan angin : 113 m/s

·         Pengukuran pH tanah
pH tanah : 5

4.2. Pembahasan
     Dalam suatu ekosistem dimana suatu lingkungan yang dibentuk oleh faktor-faktor fisik baik faktor lingkungan biotik dan faktor lingkungan abiotik. Setiap lingkungan di belahan bumi ini pasti memiliki pengaruh terhadap faktor-faktor biotik dan abiotik disekitarnya. Seperti, didaerah kutub suhu lingkungannya pasti dibawah 0ºC (suhu rendah) dan didaerah padang pasir suhu lingkungannya diatas 20ºC (suhu tinggi).
·         Pengaruh suhu (udara)
Suhu berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu merupakan syarat yang diperlukan  organisme untuk hidup. Ada jenis-jenis organisme yang hanya dapat hidup pada kisaran suhu tertentu. Jika kita mengamati distribusi tumbuhan dan hewan yang ada di muka bumi terlihat bahwa semakin ke kutub yang bersuhu rendah, keragaman tumbuhan dan hewan akan semakin menurun. Hal ini dapat disimpulkan bahwa banyak jenis tumbuhan dan hewan tertentu yang hanya dapat hidup pada suhu hangat.
·         Pengaruh bahan organik
Bahan organik umumnya ditemukan di permukaan tanah. Jumlahnya tidak besar, hanya sekitar 3-5 persen, tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah sangat besar sekali. Adapun pengaruh bahan organik terhadap sifat-sifat tanah dan akibatnya juga terhadap pertumbuhan tanaman adalah:
1.      Sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro, dll.
2.      Sebagai granulator, yaitu untuk memperbaiki struktur tanah.
3.      Menambah kemampuan tanah untuk menahan air.
4.      Sumber energi bagi mikroorganisme.
5.      Menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara.
Kandungan bahan organik dalam tanah juga mempengaruhi kehidupan ekosistem yang ada didalam tanah. Jika kandungan bahan organiknya terdiri atas unsur-unsur yang mampu membantu kesuburan tanah maka dilingkungan tersebut akan banyak ditumbuhi tanaman-tanaman dan akanm menjadi sumber energi bagi mikroorganisme
Bahan organik dalam tanah terdiri dari bahan organik kasar dan bahan organik halus (humus). Humus terdiri dari bahan organik halus berasal dari hancuran bahan organik kasar serta senyawa-senyawa baru yang dibentuk dari hancuran bahan organik tersebut melalui kegiatan mikroorganisme di dalam tanah. Humus merupakan senyawa yang resisten (tidak mudah hancur) berwarna hitam atau coklat dan mempunyai daya menahan air dan unsur hara yang tinggi. Tingginya daya menahan (menyimpan) unsur hara adalah akibat tingginya kapasitas tukar kation dari humus, karena humus mempunyai beberapa gugus aktif terutama gugus karboksil
·         Pengaruh bahan mineral
Bahan mineral dalam tanah berasal dari pelapukan batu-batuan. Oleh karena itu, susunan mineral di dalam tanah berbeda-beda sesuai dengan susunan mineral batu-batuan yang dilapuk.
Bahan mineral dalam tanah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1.    Fraksi tanah halus (fine earth fruction) yang berukuran <2mm, dan
2.    Fragmen batuan (rock fragmen) yang berukuran 2 mm sampai ukuran horizontalnya lebih kecil dari sebuah pedon.
Bahan mineral yang lebih besar dari 2mm (fragmen batuan) terdiri dari
kerikil, kerakal, atau batu. Selain itu, mineral tanah dapat dibedakan menjadi mineral primer dan mineral sekunder. Mineral primer adalah mineral yang berasal langsung dari batuan yang dilapuk, sedangkan mineral sekunder adalah mineral bentukan baru yang terbentuk selama proses pembentukan tanah berlangsung.
BAB V
KESIMPULAN
v  Faktor-faktor abiotik yang mempengaruhi kehidupan suatu spesies dapat diketahui dengan melakukan pengukuran parameter lingkungan dengan menggunakan alat yang sesuai dengan apa yang akan diukur.
v  Termometer digunakan untuk mengukur suhu dengan satuan ºC/ºK/ºF.
v  Lux Meter digunakan untuk intensitas cahaya dengan satuan Lux.
v  Sling psychrometer digunakan untuk mengukur kelembaban udara.
v  Anemometer digunakan untuk mengukur kecepatan angin.
v  Soil tester digunakan untuk mengukur kadar pH tanah.
v  Faktor abiotik sangat mempengaruhi pertumbuhan dan distribusi makhluk hidup pada kondisi lingkungan fisik yang berbeda-beda.





























BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
  • Wirakusumah, Sambas. 2003. Dasar-dasar Ekologi. Jakarta: UI Press
  • Handayanto, E. Hiriah, K. 2009. Biologi Tanah. Yogyakarta: Pustaka Adipura.
  • Sutanto, Rahman. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan. Yogyakarta: Kanisius
  • Hanum, Chairani. 2009. Ekologi Tanaman. Medan: USU Press
  • Djamal Irwan, Zoer’aini.2007.Prinsip-Prinsip Ekologi Ekosistem, Lingkungan dan Pelestariannya. Jakarta: Bumi Aksara































LAMPIRAN

·         Perhitungan Kandungan Air
Berat kering = berat kering – berat porselen
                     = 54,2977 – 50,86993
                     = 3, 8516

     Kandungan air tanah (%) =  x 100 %
                                              =   x 100%
                                             =  x 100%
                                             = 0,22994182 x 100%
                                             = 22,994%
·         Perhitungan Kandungan Organik Tanah
Berat abu = berat abu – berat cawan
                = 54,2288 – 50,4461
                = 3,7827
Kandungan organik tanah (%) =  x 100 %
                                                  = x 100%
                                                  =  x 100%
                                                  = 0,0178 x 100%
                                                  = 1,78 %


·        Perhitungan Kandungan Mineral Tanah
Kandungan mineral tanah (%) =  x 100 %
                                                              =  x 100%
                                                  = 0,982 x 100%
                                                  = 98,2%
  • Perhitungan Bobot Isi (bulk density)
Berat kering tanah = berat basah – berat cawan porselen
                               = 171, 1606 – 52,8693
                               = 118,2913

Volume core sampler
Diketahui:t = 5 cm
                d = 5,48 cm
                r = 2,74 cm
V  =
     = 3,14 (2,74)2. 5
     = 3,14 (7,5). 5
     = 117,75 cm3
Bulk density  =  
                                 =  
                                            = 1,0046


  • Perhitungan Porositas Tanah
Total Porositas (%)  = 1 – x 100%
                                             = 1-  x 100%
                                                            =  1- 0,379 x 100%
                                                            =  0,621 x 100%
                                             = 62,1 %


















FOTO-FOTO ALAT PENGUKURAN LINGKUNGAN ABIOTIK
                           
                        Soil Tester                                                Termometer
                      
                     Lux Meter                                                         Core sampler
                             
                   Anemometer                                               Sling physcrometer
    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar