LAPORAN
PRAKTIKUM
EKOLOGI
DASAR
TEKNIK PENGUKURAN FAKTOR LINGKUNGAN ABIOTIK
Nama Dosen : Dini Fardila M,Si
Nama : Renny Ambar Puspitaningrum
NIM
: 1110095000021
Kelompok
: 1 (satu)
Semester : 3/A
Tanggal Praktikum : 5 Oktober 2011

PROGRAM
STUDI BIOLOGI
FAKULTAS
SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ekologi
adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungan. Komponen-komponen yang ada di dalam lingkungan merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan membentuk suatu sistem kehidupan yang
disebut ekosistem. Suatu ekosistem akan menjamin keberlangsungan kehidupan
apabila lingkungan itu dapat mencukupi kebutuhan minimum dari kebutuhan
organisme.
Lingkungan
merupakan kompleks dari faktor yang saling berinteraksi satu sama lainnya,
tidak saja antara faktor-faktor biotik dan abiotik, tetapi juga antara
biotik maupun abiotik itu sendiri. Dengan demikian secara operasional adalah
sulit untuk memisahkan satu faktor terhadap faktor-faktor lainnya tanpa
mempengaruhi kondisi keseluruhannya. Meskipun demikian untuk memahami
struktur dan berfungsinya faktor lingkungan ini, secara abstrak kita bisa
membagifaktor-faktor lingkungan ke dalam komponen-komponennya. Berbagai cara
dilakukan oleh parapakar ekologi dalam pembagian komponen lingkungan ini, salah
satunya adalah pembagian dibawah ini :
1. Faktor
iklim, meliputi parameter iklim utama seperti cahaya, suhu, ketersediaan
air dan angin.
2. Faktor
tanah, merupakan karakteristik dari tanah seperti nutrisi tanah, reaksi
tanah, kadar air tanah, dan kondisi
fisika tanah.
3. Faktor
topografi, meliputi pengaruh dari terrain seperti sudut kemiringan, aspek
kemiringan tanah, tinggi dari permukaan
laut.
4. Faktor
biotik, merupakan gambaran dari semua interaksi dari organisme hidup
seperti kompetisi, peneduhan.
1.2. Tujuan Penelitian
·
Agar mahasiswa dapat mengetahui
faktor abiotik apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan makhluk hidup di
lingkungan yang berbeda-beda.
·
Agar mahasiswa dapat mengetahui
faktor abiotik apa saja yang mempengaruhi distribusi makhluk hidup pada
berbagai lingkungan yang berbeda-beda.
· Agar mahasiswa dapat menghitung kondisi
fisik ketika melakukan praktikum dilapangan.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
1. Pengukuran faktor lingkungan abiotik terestrial
Faktor
lingkungan abiotik merupakan semua aspek kimia dan fisika dari lingkungan yang
memengaruhi pertumbuhan dan distribusi hewan dan tumbuhan. Udara dan tanah
adalah faktor abiotik yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan biota
terestrial. Selain pengukuran pada kondisi fisika-kimia faktor lingkungan
habitatnya, kehadiran tumbuhan terutama dapat memengaruhi kondisi udara dan
tanah.
1.1.
Mikroklimat
Kondisi udara
yang berpengaruh atau berhubungan langsung dengan tumbuhan disebut mikroklimat.
Walaupun hanya dalam daerah yang sangat kecil mikroklimat dapat menyebabkan
adanya variasi dalam tipe dan komposisi tumbuhan. Komponen mikroklimat tersebut
antara lain temperatur udara, kelembaban udara, intensitas cahaya dan kecepatan
angin.
·
Temperatur Udara
Pengukuran temperatur dapat
dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Pengukuran kuantitatif dinyatakan
dalam satuan kalori yaitu gram kalori atau kilogram kalori sedangkan pengukuran
kualitatif dinyatakan dalam satuan derajat Celcius, derajat Fahrenheit, Reamur
atau Kelvin. Pengukuran secara kualitatif dilakukan dengan alat termometer. Termometer
bekerja berdasarkan prinsip pemuaian atau pengerutan suatu zat padat ataucairan
akibat pemanasan atau pendinginan. Zat cair yang digunakan adalah air raksa
ataualkohol yang diberi warna agar mempermudah dalam pembacaan. Penamaan
termometer disesuaikan dengan zat cair yang digunakan, misalnya termometer
air raksa atau termometer alkohol.
Temperatur
digunakan dengan cara membaca skala pada ujung kolom air raksa dalam satuan
derajat Celcius (ºC). Badan termometer tidak boleh dipegang secara langsung
dengan tangan agar tidak mengganggu pembacaan.
·
Kelembaban Udara
Kelembaban
udara menandakan sejumlah uap air yang terkandung di udara atau atmosfer,
biasanya dinyatakan dalam berat uap air untuk setiap volume udara tertentu. Berdasarkan
perhitungan di atas, maka setiap suhu tertentu di tempat yang sama akan
memberikan harga kelembaban tertentu yang disebut kelembaban absolut.
Kelembaban yang umum dipergunakan adalah kelembaban udara relatif, yaitu
berdasarkan perbandingan tekanan uap air di udara pada waktu pengukuran dengan
tekanan uap air jenuh pada suhu yang bersamaan.
Alat yang
dipergunakan untuk menentukan kelembaban udara relatif (relative humidity)
adalah sling psychrometer. Alat ini menggunakan dua termometer.
Termometer pertama digunakan untuk mengukur suhu udara biasa dan termometer
yang kedua digunakan untuk mengukur suhu udara jenuh karena pada bagian
bawah termometer dilengkapi dengan kainyang dibasahi air. Berdasarkan bacaan
dari kedua termometer tersebut, nilai kelembaban relatif dapat ditentukan
dengan menggunakan tabel konversi tertentu, misalnya tabel dari Taylor. Pada sling
psychrometer tipe tertentu nilai kelembaban dapat langsung dibaca pada
alat.
Selain
menggunakan sling psychrometer, kelembaban udara relatif juga dapat
diukur menggunakan Hygrocheck Hanna HI 98601 yang dilengkapi dengan
sensor (probe) sehingga penggunaan alat ini relatif lebih mudah.
· Intensitas Cahaya
Intensitas
dan lamanya radiasi sinar matahari tidak hanya mempengaruhi variabel atmosfer
seperti suhu, kelembaban dan angin, tetapi juga memengaruhi jumlah energi untuk
produksi bagi hewan dan tumbuhan. Pengukuran intensitas cahaya dapat dilakukan
dengan menggunakan Light Meter atau Lux Meter.
·
Kecepatan Angin
Angin
adalah gerakan atau perpindahan masa udara pada arah horizontal yang disebabkan
oleh perbedaan tekanan udara dari satu tempat dengan tempat lainnya. Angin
diartikan pula sebagai gerakan relatif udara terhadap permukaan bumi, pada arah
horizontal atau hampir horinzontal. Masa udara ini mempunyai sifat yang
dibedakan antara lain oleh kelembaban (RH) dan suhunya, sehingga dikenal adanya
angin basah, angin kering dan sebagainya.
Kecepatan
angin adalah jarak tempuh angin atau pergerakan udara per satuan waktu dan
dinyatakan dalam satuan meter per detik (m/s), kilometer per jam (km/j), dan
mil per jam (mi/j). Satuan mil (mil laut) per jam disebut juga knot (kn); 1 kn
= 1,85 km/j = 1,151mi/j = 0,514 m/d atau 1 m/d = 2,237 mi/j = 1,944 kn.
Kecepatan angin bervariasi dengan ketinggian dari permukaan tanah, sehingga
dikenal adanya profil angin, dimana makin tinggi gerakan angin makin cepat.
Kecepatan angin diukur dengan menggunakan alat yang disebut Anemometer atau
Anemograf.
1.2. Tanah
Tanah merupakan sebuah badan yang
terbentuk dari hasil pelapukan batuan induk akibat aktivitas iklim dan
organisme serta materi organik hasil proses dekomposisi yang mampu mendukung
kehidupan. Komponen penyusun tanah terdiri dari partikel mineral, bahan
organik, air dan udara.
Pada ekosistem terestrial, tanah
merupakan faktor lingkungan abiotik yang amat penting. Tanah merupakan substrat
alami bagi tumbuhan, habitat bagi detrivora dan mikroba. Didalamnya mineral dan
zat organik terkumpul. Akan tetapi hal tersebut tidak termanfaatkan bila
kondisi fisika-kimia tanah diluar toleransi organisme yang ada didalamnya atau diatasnya.
Faktor fisika-kimia tanah mempengaruhi sebaran organisme tanah baik secara vertikal
(hewan tanah dan mikroba) maupun horizontal (vegetasi). Oleh karenanya dalam analisis
elosistem terestrial dipandang perlu untuk mengumpulkan data fisika-kimia
tanah.
· Profil Tanah
Profil tanah merupakan gambaran tanah secara vertikal.
Secara vertikal, tanah umumnya membentuk zona-zona yang disebut horison tanah.
Profil tanah tersebut umumnya terdiri dari beberapa horison. Horison O terdiri
dari materi organik segar atau belum terdekomposisi secara sempurna. Horison A
atau topsoil mengandung materi organik yang tinggi bercampur dengan partikel mineral.
Horison B adalah zona ‘penumpukan’ (illuvation zone); tempat
terkumpulnya mineral dan humus akibat proses pencucian atau pelindian (leaching)
dari horison A. Horison C berisi batuan induk.
·
Kandungan Air atau Kelembaban Tanah
Kandungan
air tanah secara kuantitatif dapat ditentukan dengan menghitung jumlah air yang
terkandung didalam tanah dengan berat segar tertentu. Kandungan air dapat
dinyatakan sebagai persentase air terhadap berat segar tanah.
·
Kandungan Organik dan Mineral
(Anorganik) Total Tanah
Zat organik
umumnya berasal dari proses pelapukan/penguraian serasah pada lapisan teratas
tanah. Secara teoritis palisan yang kaya zat organiknya adalah lapisan humus.
Penentuan kandungan organik dan anorganik tanah yang paling sederhana adalah
dengan cara pengabuan.
·
pH Tanah
pH tanah
adalah faktor kimia tanah penting yang menggambarkan sifat asam atau basa
tanah. Nilai pH tanah adalah nilai negatif logaritma dari aktivitas ion hidrogen
tanah. Besarnya nilai pH tanah dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya jenis
batuan induk, tipe vegetasi dan aktivitas pemupukan. pH tanah menentukan
kelarutan unsur-unsur hara dalam larutan tanah, sehingga pH akan memengaruhi
ketersediaan unsur-unsur hara bagi tumbuhan (Barbour et al, 1999).
Pengukuran pH tanah dapat dilakukan dengan pH-meter elektronik, soil tester dan
kertas pH universal.
·
Suhu Tanah
Untuk
mengukur suhu tanah dipergunakan alat Weksler. Termometer pada alat ini disimpan
dalam tabung kayu yang ujungnya berupa logam meruncing. Antara logam dengan termometer
terdapat serbuk logam yang menutupi ujung termometer dan terdapat pada bagian
atas logam runcing tadi. Logam di bagian ujung merupakan bagian yang dimasukkan
ke dalam tanah. Panas dari tanah akan mempengaruhi logam dan kemudian akan diinduksikan
ke serbuk logam. Panas serbuk logam ini akan berpengaruh pada termometer dan
ditunjukkan oleh perubahan tinggi air raksa yang terbaca pada skala. Seandainya
termometer tanah tidak tersedia, bisa juga dipergunakan termometer udara biasa
namun harus dilakukan dengan hati-hati.
·
Tekstur Tanah
Tekstur
tanah adalah proposi relatif dari partikel utama pembentuk tanah yaitu
pasir (sand), debu (silt),
dan liat (clay).
Jenis
partikel utama tanah dibedakan berdasarkan ukurannya:
§
pasir ukuran partikel > 0,05 mm
§
debu ukuran partikel antara
0,002-0,05 mm
§
liat ukuran partikel < 0,002 mm
Tekstur
tanah menentukan sifat dari tanah tersebut, baik sifat fisika maupun sifat
kimia. Pergerakan air baik vertikal maupun horizontal, persentase sisten
kapiler dan kadar air tanah akan berlainan pada keadaan tanah yang teksturnya
tidak sama. Demikian pula derajat kesuburan tanah akan sangat bergantung pada
tekstur ini.
Untuk
pengukuran tekstur secara kuantitatif, persentase masing-masing jenis partikel
ditentukan di laboratorium, salah satunya dengan menggunakan metode yang
berdasarkan pada Hukum Stokes yang menghubungkan kecepatan pengendapan partikel
dengan ukuran dan kerapatannya. Ukuran partikel dapat diestimasi dari kerapatan
suspensi tanah yang mengendap pada waktu yang berbeda (Brower et al,
1998).
Bila
persentase dari ketiga jenis partikel tanah sudah diketahui, tekstur tanah
dapat ditentukan dengan menggunakan ‘segitiga tekstur’ yang menunjukkan
komposisi dari ketiga komponen partikel tanah (Gambar 1).
Selain
penentuan secara kuantitatif, tekstur tanah dapat pula ditentukan secara cepat
dilapangan secara kualitatif berdasarkan pilinan jari. Cara ini sangat umum
dilakukan dalam survei lapangan karena mudah dan praktis. Caranya adalah dengan
memilin sejumlah cuplikan tanah diantara telunjuk dan ibu jari, kemudian
berdasarkan berbagai kriteria, salah satunya kriteria dari Clark, tekstur tanah
tersebut dianalisis.

Gambar 1.
Segitiga Tekstur Tanah
Tekstur
tanah ada lima kriteria diantaranya :
1.
Tanah pasir, butiran terasa keras
dan lepas satu sama lain, tidak dapat dibentuk dalam keadaan kering,
partikel-partikelnya terlepas.
2.
Tanah pasir berlumpur, sulit
dibentuk, pada tangan memberi warna
lemah, masih dapat dirasakan adanya butiran kasar.
3.
Tanah lumpur berpasir, dapat
dibentuk dengan baik, dapat dipilin sampai sebesar hitamnya karbon pinsil.
Sangat nyata memberi warna pada jari tangan.
4.
Tanah lumpur, dapat dibentuk dengan
baik, lengket pada sendok, dengan kuku tidak meninggalkan bekas mengkilat tapi
terlihat sedikit kasar, memberi warna pada tangan.
5.
Tanah liat, sangat lengket dan
licin, dengan kuku bekasnya mengkilat, bila kering merekah.
·
Bobot Isi (bulk density)
Bobot isi
adalah perbandingan antara massa tanah pada keadaan kering konstan dengan
volumenya. Satuan bobot isi dalam gcm-1. Bobot isi dapat digunakan
untuk menentukan porositas tanah, yang dapat dijadikan sebagai indikator
penetrasi akar dan aerasi tanah pada lapisan tanah yang berbeda. Nilai bobot
ini bervariasi, bergantung pada kelembaban dan tekstur tanah.
Cara
pencuplikan tanah untuk menentukan nilai bobot isi menggunakan core sampler
(cincin pencuplik). Alat ini silinder tanpa alas dan tutup dengan tinggi dan
diameter tertentu. Bisa terbuat dari paralon, pipa besi atau stainless steel.
Bibir silinder bagian bawah dibuat runcing untuk memudahkan dalam melakukan
pencuplikan.
·
Porositas
Jumlah,
ukuran distribusi pori pada tanah digunakan sebagai indikator kondisi fisik
tanah. Porositas tanah dapat mempengaruhi aerasi, aliran air dan penetrasi akar
di dalam tanah.
Total
porositas dihitung dari bulk density dan particle density. Particle
density atau kepadatan partikel tanah mineral berkisar antara 2,6-2,7 gcm-1.
Pada tanah yang tidak atau mengandung sedikit zat organik, kepadatan
partikelnya 2,7 gcm-1, tanah dengan kandungan organik sedang 2,65
gcm-1 dan tanah dengan kandungan organik tinggi kepadatan
partikelnya lebih rendah dari 2,6 gcm-1. Namun dalam praktiknya
nilai total porositas seringkali dipakai angka 2,65. Total porositas tanah
dinyatakan sebagai persentase volume total pori (rongga) yang diisi oleh udara
dan air diantara partikel tanah berdasarkan nilai bulk density dan
kepadatan partikel (particle density).
BAB III
METODOLOGI
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
·
Lokasi Penelitian
Halaman Pusat Laboratorium Terpadu (PLT) Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
·
Waktu Penelitian
Rabu, 5 Oktober 2011
3.2. Alat dan Bahan
·
Alat :
·
Termometer
|
·
Timbangan analitik
|
·
Sling psychrometer
|
·
Desikator
|
·
Lux Meter
|
·
Oven
|
·
Anemometer
|
·
Kursibel
|
·
Soil tester
|
·
Cawan porselen
|
·
Core Sampler
|
·
Sekop/linggis
|
·
Bahan
·
Tanah
|
·
Aquadest
|
3.3. Cara Kerja
·
Termometer (mengukur
suhu udara dengan satuan ºC/ºK/ºF)
Memegang alat pada pegangannya
kemudian lihat skala yang ditunjukkan. Bila perlu sebelum digunakan
skala alat harus diskala nol dengan diberi pendingin.
·
Sling psychrometer (untuk
mengukur kelembaban udara)
Kain yang
terdapat pada salah satu bagian termometer dibasahi dan biarkan termometer yang
lain tetap kering. Sling diputar selama 3 menit dengan posisi jauh dari tubuh,
sehingga termometer membaca suhu udara bukan suhu tubuh. Hasil pengukuran pada
kedua termometer dibaca sebagai suhu kering dan suhu basah. Nilai suhu kering
dan selisih antara suhu basah dan suhu kering tersebut dimasukkan ke dalam
tabel sehingga didapat nilai kelembaban relatif.
·
Lux Meter (untuk
mengukur intensitas cahaya dengan satuan lux)
Ditekan tombol on/off untuk
menyalakan alat. Alat dikalibrasi sebelum digunakan yaitu dengan cara:
1.
Sensor cahaya dibiarkan tetap
tertutup kemudian dipilih range pengukuran melalui tombol “range switch”.
Setelah itu tombol “zero” ditekan sehingga layar menunjukkan nilai 0.
2.
Penutup sensor kemudian dibuka untuk
melakukan pengukuran.
Pengukuran dilakukan dengan menghadapkan sensor pada sumber cahaya
yang akan diukur kemudian nilai intensitas cahayanya akan tertera pada
layar.
·
Anemometer
Kalibrasi anemometer dengan cara memutar
baling-baling anemometer sehingga skala besar menunjukkan angka 0. Setelah
anemometer menunjukkan skala 0 maka cari arah angin. Bila baling-baling
berputar maka disitulah arah angin dan skala besar dan skala kecil akan
berputar berdasarkan kecepatan angin dilingkungan sekitar.
·
Kandungan Air Tanah
5 gr tanah ditimbang dan ditaruh ke
dalam cawan porselen yang sudah diketahui beratnya. Kemudian dimasukkan ke
dalam oven selama 24 jam dengan suhu 105ºC. Lalu cawan porselen dimasukkan ke
dalam desikator selama 15-30 menit. Kemudian dilakukan penimbangan berat kering
tanah serta dihitung persentase kandungan air tanahnya.
·
Kandungan Organik dan Mineral
Cuplikan
tanah yang sudah kering diambil 5 gr. Kemudian dimasukkan kedalam cawan
porselen yang sudah diketahui beratnya. Kemudian dilakukan proses pengabuan
selama 24 jam dengan suhu tinggi (1000-1200ºC). Lalu masukkan ke dalam
desikator selama 15-30 menit. Kemudian dilakukan penimbangan berat tanah abu
serta dihitung persentase kandungan organik dan mineral yang terkandung dalam
tanah.
·
pH Tanah
o Pengukuran
dengan pH-meter elektronik
Pengukuran dengan pH-meter dilakukan dengan cara : 10
gram tanah dan 20 ml aquades dicampurkan dalam beaker glass. Diaduk sesekali
terhadap campuran selama 15 menit. Elektroda pH-meter dimasukkan kedalamnya dan
pH diukur.
o Pengukuran pH
dengan menggunakan soil tester
Cara penggunaannya: Keseluruhan sensor dari soil
tester ditancapkan ke dalam tanah dan pH dapat langsung dibaca. Setelah
dipakai, bagian sensor dibersihkan dari bekas-bekas tanah dengan air aquades.
o Pengukuran
dengan kertas pH universal
Cara penggunaannya: kertas pH ditekan langsung pada
tanah yang inin diketahui pH-nya. Maka pH tanah akan terbaca dan nilai pH dapat
diketahui dengan mencocokkan kertas uji tersebut pada bagan warna pH.
·
Bobot Isi (bulk density)
Bersihkan
tanah terlebih dahulu dari rumput dan serasah. Kemudian core sampler
diletakkan diatas tanah. Pada lingkaran tersebut dibuat lubang mengelilingi core
sampler sedalam 10 cm. Core sampler ditekan dengan hati-hati dengan
cara dipukul secara perlahan-lahan. Kemudian tanah yang sudah masuk kedalam core
sampler dipotong dengan menggunakan sekop. Tanah tersebut diratakan. Kemudian
disimpan di suatu wadah agar tanah tidak hancur. Tinggi tanah yang ada didalam core
sampler diukur. Ditimbang berat segar tanah dengan menggunakan timbangan
analitik Dioven selama 24 jam pada suhu 105ºC. Ditimbang berat kering tanah
tersebut.
3.4.
Analisis Data
Berdasarkan hasil pengamatan di
halaman laboratorium pusat laboratorium terpadu (PLT) didapat beberapa
rata-rata parameter lingkungan. Adapun parameter lingkungan yang diamati adalah
temperatur udara, kelembaban udara, intensitas cahaya, profil tanah, pH tanah,
suhu tanah, tekstur tanah, bobot isi dan porositas tanah.
- Pembentukan tanah
|
cl = iklim; o =
aktifitas organisme; r = topografi; p = tipe batuan induk; t
= waktu
·
Kandungan Air atau Kelembaban Tanah
Kandungan air tanah (%)
=
x 100 %

·
Kandungan Organik Tanah
Kandungan organik tanah
(%) =
x 100 %

- Kandungan Mineral (Anorganik) Tanah
Kandungan
mineral tanah (%) =
x 100 %

- Bobot Isi (bulk density)
Bulk
density = 

- Total Porositas
Total
Porositas (%) = 1 –
x 100%

BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1. Hasil
·
Pengukuran temperatur / suhu
Suhu tanah : 26º C
Suhu udara : 29º C
·
Pengukuran kelembabaan udara
Suhu basah : 25º C
Suhu kering : 28º C
·
Pengukuran intensitas cahaya
|

Pengukuran II :
40 Lux
Pengukuran III :
30 Lux
|

Pengukuran
II : 9,35 klx
Pengukuran
III: 5,49 klx
·
Pengukuran kecepatan angin
Kecepatan angin : 113 m/s
·
Pengukuran pH tanah
pH tanah : 5
4.2.
Pembahasan
Dalam suatu
ekosistem dimana suatu lingkungan yang dibentuk oleh faktor-faktor fisik baik
faktor lingkungan biotik dan faktor lingkungan abiotik. Setiap lingkungan di
belahan bumi ini pasti memiliki pengaruh terhadap faktor-faktor biotik dan
abiotik disekitarnya. Seperti, didaerah kutub suhu lingkungannya pasti dibawah
0ºC (suhu rendah) dan didaerah padang pasir suhu lingkungannya diatas 20ºC
(suhu tinggi).
·
Pengaruh suhu (udara)
Suhu berpengaruh terhadap ekosistem
karena suhu merupakan syarat yang diperlukan
organisme untuk hidup. Ada jenis-jenis organisme yang hanya dapat hidup
pada kisaran suhu tertentu. Jika kita mengamati distribusi tumbuhan dan hewan yang
ada di muka bumi terlihat bahwa semakin ke kutub yang bersuhu rendah, keragaman
tumbuhan dan hewan akan semakin menurun. Hal ini dapat disimpulkan bahwa banyak
jenis tumbuhan dan hewan tertentu yang hanya dapat hidup pada suhu hangat.
·
Pengaruh bahan organik
Bahan organik umumnya ditemukan di
permukaan tanah. Jumlahnya tidak besar, hanya sekitar 3-5 persen, tetapi
pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah sangat besar sekali. Adapun pengaruh
bahan organik terhadap sifat-sifat tanah dan akibatnya juga terhadap pertumbuhan
tanaman adalah:
1.
Sumber unsur hara N, P, S, unsur
mikro, dll.
2.
Sebagai granulator, yaitu untuk
memperbaiki struktur tanah.
3.
Menambah kemampuan tanah untuk
menahan air.
4.
Sumber energi bagi mikroorganisme.
5.
Menambah kemampuan tanah untuk
menahan unsur-unsur hara.
Kandungan bahan organik dalam tanah juga mempengaruhi kehidupan ekosistem
yang ada didalam tanah. Jika kandungan bahan organiknya terdiri atas
unsur-unsur yang mampu membantu kesuburan tanah maka dilingkungan tersebut akan
banyak ditumbuhi tanaman-tanaman dan akanm menjadi sumber energi bagi
mikroorganisme
Bahan organik
dalam tanah terdiri dari bahan organik kasar dan bahan organik halus (humus).
Humus terdiri dari bahan organik halus berasal dari hancuran bahan organik
kasar serta senyawa-senyawa baru yang dibentuk dari hancuran bahan organik
tersebut melalui kegiatan mikroorganisme di dalam tanah. Humus merupakan
senyawa yang resisten (tidak mudah hancur) berwarna hitam atau coklat dan
mempunyai daya menahan air dan unsur hara yang tinggi. Tingginya daya
menahan (menyimpan) unsur hara adalah akibat tingginya kapasitas tukar kation
dari humus, karena humus mempunyai beberapa gugus aktif terutama gugus
karboksil
·
Pengaruh bahan
mineral
Bahan mineral
dalam tanah berasal dari pelapukan batu-batuan. Oleh karena itu, susunan mineral
di dalam tanah berbeda-beda sesuai dengan susunan mineral batu-batuan yang dilapuk.
Bahan mineral
dalam tanah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Fraksi
tanah halus (fine earth fruction) yang berukuran <2mm, dan
2. Fragmen
batuan (rock fragmen) yang berukuran 2 mm sampai ukuran horizontalnya
lebih kecil dari sebuah pedon.
Bahan
mineral yang lebih besar dari 2mm (fragmen batuan) terdiri dari
kerikil, kerakal, atau batu. Selain
itu, mineral tanah dapat dibedakan menjadi mineral primer dan mineral sekunder.
Mineral primer adalah mineral yang berasal langsung dari batuan yang dilapuk,
sedangkan mineral sekunder adalah mineral bentukan baru yang
terbentuk selama proses pembentukan tanah berlangsung.
BAB V
KESIMPULAN
v Faktor-faktor
abiotik yang mempengaruhi kehidupan suatu spesies dapat diketahui dengan
melakukan pengukuran parameter lingkungan dengan menggunakan alat yang sesuai
dengan apa yang akan diukur.
v Termometer
digunakan untuk mengukur suhu dengan satuan ºC/ºK/ºF.
v Lux Meter
digunakan untuk intensitas cahaya dengan satuan Lux.
v Sling
psychrometer digunakan untuk mengukur kelembaban udara.
v Anemometer
digunakan untuk mengukur kecepatan angin.
v Soil tester
digunakan untuk mengukur kadar pH tanah.
v Faktor
abiotik sangat mempengaruhi pertumbuhan dan distribusi makhluk hidup pada
kondisi lingkungan fisik yang berbeda-beda.
BAB VI
DAFTAR
PUSTAKA
- Wirakusumah, Sambas. 2003. Dasar-dasar Ekologi. Jakarta: UI Press
- Handayanto, E. Hiriah, K. 2009. Biologi Tanah. Yogyakarta: Pustaka Adipura.
- Sutanto, Rahman. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan. Yogyakarta: Kanisius
- Hanum, Chairani. 2009. Ekologi Tanaman. Medan: USU Press
- Djamal Irwan, Zoer’aini.2007.Prinsip-Prinsip Ekologi Ekosistem, Lingkungan dan Pelestariannya. Jakarta: Bumi Aksara
LAMPIRAN
·
Perhitungan Kandungan Air
Berat kering = berat kering – berat porselen
=
54,2977 – 50,86993
=
3, 8516
Kandungan air tanah (%) =
x 100 %

=
x 100%

=
x 100%

=
0,22994182 x 100%
=
22,994%
·
Perhitungan
Kandungan Organik Tanah
Berat
abu = berat abu – berat cawan
= 54,2288 – 50,4461
= 3,7827
Kandungan organik tanah
(%) =
x 100 %

=
x 100%

=
x 100%

=
0,0178
x 100%
=
1,78
%
·
Perhitungan
Kandungan Mineral Tanah
Kandungan
mineral tanah (%) =
x 100 %

=
x 100%

=
0,982 x 100%
=
98,2%
- Perhitungan Bobot Isi (bulk density)
Berat
kering tanah = berat basah – berat cawan porselen
= 171, 1606 –
52,8693
= 118,2913
Volume core sampler
Diketahui:t = 5 cm
d =
5,48 cm
r =
2,74 cm
V = 

= 3,14 (2,74)2.
5
= 3,14 (7,5). 5
= 117,75 cm3
Bulk
density =

=

=
1,0046
- Perhitungan Porositas Tanah
Total
Porositas (%) = 1 –
x 100%

=
1-
x 100%

= 1- 0,379 x 100%
= 0,621 x 100%
=
62,1 %
FOTO-FOTO ALAT PENGUKURAN
LINGKUNGAN ABIOTIK


Soil
Tester Termometer


Lux Meter Core
sampler


Anemometer Sling
physcrometer
Tidak ada komentar:
Posting Komentar