LAPORAN
PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN
PRODUKTIVITAS
EKOSISTEM PERAIRAN (DANAU)
Nama : Renny
Ambar P
NIM :
1110095000021
Kelompok : 5 (lima)
Semester : 4/A
Asisten : Wulan
Tanggal
Praktikum : 27 Maret 2012

PROGRAM
STUDI BIOLOGI
FAKULTAS
SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sumber energi
primer bagi ekosistem adalah cahaya matahari. Energi cahaya matahari hanya
dapat diserap oleh organisme fotosintetik (autotrof). Energi cahaya digunakan
untuk mensintesis molekul anorganik menjadi molekul organik yang kaya energi.
Molekul tersebut selanjutnya disimpan dalam bentuk makanan dalam tubuhnya dan
menjadi sumber bahan organik bagi organisme lain yang heterotrof. Organisme
yang memiliki kemampuan untuk mengikat energi dari lingkungan disebut produsen.
Danau
sebagai habitat perairan air tawar yang menggenang merupakan suatu ekosistem
bagi organisme akuatik. Organisme produsen sebagai penghasil produktivitas
primer yang yang memanfaatkan energi cahaya matahari sehingga dapat berfotosintesis menghasilkan
oksigen. Produktivitas primer sendiri berarti hasil proses fotosintesis yang
dilakukan oleh tumbuhan berklorofil. Dalam perairan yang melakukan aktivitas
fotosintesis adalah fitoplankton, hasil dari fotosintesisnya merupakan sumber
nutrisi utama bagi organisme air lainnya yang berperan sebagai konsumen dimulai
dengan zooplankton dan diikuti oleh kelompok organisme lainnya. Produktivitas ekosistem perairan
tentulah berbeda-beda di setiap ekosistem khususnya ekosistem air tawar. Karena
dapat dipengaruhi oleh kondisi fisik dari suatu ekosistem perairan. Hal itulah
yang melatarbelakangi praktikan untuk melakukan pengamatan terhadap
produktivitas ekosistem Danau Situ Gintung sehingga dapat diketahui kondisi
fisik Danau Situ Gintung.
1.2. Tujuan
Praktikum
kali ini bertujuan untuk mengetahui nilai produktivitas di Ekosistem Danau Situ
Gintung dan mengetahui keterkaitan antara produktivitas ekosostem perairan dengan
kondisi fisik perairan.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Ekosistem Danau
Perairan
disebut danau apabila perairan itu dalam dengan tepi yang umumnya curam. Air
danau biasanya bersifat jernih dan keberadaan tumbuhan air terbatas hanya pada
daerah pinggir saja. Berdasarkan pada proses terjadinya danau dikenal danau
tektonik yang terjadi akibat gempa dan danau vulkanik yang terjadi akibat
aktivitas gunung berapi (Barus, 2004).
Proses
terjadinya danau pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: danau
alami dan danau buatan. Danau alami merupakan danau yang terbentuk sebagai
akibat dari kegiatan alamiah, misalnya bencana alam, kegiatan vulkanik dan
kegiatan tektonik. Sedangkan danau buatan adalah danau yang dibentuk dengan
sengaja oleh kegiatan manusia dengan tujuan-tujuan tertentu dengan jalan
membuat bendungan pada daerah dataran rendah (Nybakken, 1992).
Sebagai salah satu bentuk ekosistem, perairan danau
terdiri dari faktor abiotik (fisika dan kimia) dan faktor biotik (produsen,
konsumen dan dekomposer),
dimana faktor-faktor tersebut membentuk suatu hubungan timbal
balik dan saling mempengaruhi satu dengan yang
lainnya. Secara fisik, danau merupakan suatu tempat yang luas yang mempunyai air tetap, jernih atau
beragam
dengan aliran tertentu dan keberadaan tumbuhan air
terbatas hanya pada daerah pinggir saja (Barus, 2004).
Ekosistem
danau dapat dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu Benthal merupakan
zona substrat dasar yang dibagi menjadi zona litoral dan zona profundal.
Litoral merupakan bagian dari zona benthal yang masih dapat ditembus oleh
cahaya matahari, sedangkan zona profundal merupakan bagian dari zona benthal di
bagian perairan yang dalam dan tidak dapat ditembus lagi oleh cahaya matahari.
Zona perairan bebas sampai ke wilayah tepi merupakan habitat nekton dan
plankton yang disebut zona pelagial. Selanjutnya dikenal zona pleustal,
yaitu zona pada permukaan perairan yang merupakan habitat bagi kelompok neuston
dan pleuston. Berdasarkan pada daya tembus cahaya matahari kedalam lapisan air,
dapat dibedakan menjadi beberapa antara lain zona fotik (photic zone) di
bagian atas, yaitu zona yang dapat ditembus cahaya matahari dan zona afotik (aphotic
zone) di bagian bawah, yaitu zona yang tidak dapat ditembus oleh cahaya
matahari (Barus, 2004).
2.2.
Produktivitas Primer
Di
lingkungan perairan Indonesia produksi bagi ekosistem merupakan
proses pemasukan dan penyimpanan energi dalam ekosistem. Pemasukan energy
dalamekosistem yang dimaksud adalah pemindahan energi
cahaya menjadi energi kimiaoleh produsen. Sedangkan
penyimpanan energi yang dimaksudkan adalahpenggunaan energi oleh konsumen dan
mikroorganisme. Laju produksi makhluk hidup dalam ekosistem disebut
sebagai produktivitas (Sumawidjaja, 1979).
Produktivitas
primer dari suatu ekosistem didefinisikan sebagai jumlah energi cahaya yang
diserap dan kemudian disimpan oleh
organisme-organisme produsen melalui kegiatan fotosintesis dan kemosintesis
dalam suatu periode waktu tertentu. Cahaya disimpan dalam bentuk zat-zat
organik yang dapat digunakan sebagai bahan makanan oleh organisme heterotrofik (Sumawidjaja,
1979).
Produktivitas primer adalah laju
pembentukan senyawa-senyawa organik yang kaya energi dari senyawa-senyawa
organik. Jumlah seluruh bahan organik yang terbentuk dalam proses produktivitas
dinamakan produktivitas perairan kotor atau produktivitas total. Karena
sebagian dari produktivitas total ini digunakan tumbuhan untuk kelangsungan
proses-proses hidup yang secara kolektif disebut respirasi, tinggalah sebagian
dari produktivitas total yang tersedia bagi pemindahan atau pemanfaatan oleh
organisme lain. Produktivitas primer bersih adalah istilah yang digunakan bagi
jumlah sisa produktivitas primer kotor yang sebagian digunakan oleh tumbuhan.
Untuk respirasi, produktivitas primer inilah yang tersedia bagi
tingkatan-tingkatan tropik lain (Nybakken, 1992).
Dalam produktivitas primer terjadi
reduksi karbondioksida dengan atom hidrogen dari air untuk menghasilkan gula
sederhana dan selanjutnya membentuk molekul organik yang lebih kompleks dengan
menggunakan energi matahari yang ditangkap klorofil. Laju sintesis bahan
organik dan perubahan produktivitas primer dapat dihitung dengan teknik
pengukuran laju fotosintesis yang didasarkan pada reaksi fotosintesis.
Produktivitas primer dapat dilukiskan misalnya pada laju produksi oksigen, laju
penggunaan CO2 atau air maupun perubahan konsentrasi bahan organik yang
terbentuk (Sumawidjaja, 1979).
2.3.
Faktor-faktor Produktivitas Primer
Produktivitas
primer merupakan mata rantai makanan yang memegang peranan penting bagi
sumberdaya perairan. Melalui produktivitas primer, energi akan mengalir dalam
ekosistem perairan dimulai dengan fiksasi oleh tumbuhan hijau melalui proses
fotosintesis. Suplai zat hara dan tersedianya zat khususnya nitrogen dan
fosfor yang meningkat merupakan faktor
kimia perairan yang dapat mempengaruhi produktivitas primer disamping faktor
fisik cahaya matahari dan temperatur (Wibisono, 2005).
2.3.1. Temperatur Air
Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting
dalam mengatur proses kehidupan dan penyerapan organisme. Pengukuran suhu air dapat dilakukan dengan termometer
air raksa atau tele-termometer. Proses kehidupan vital yang sering disebut proses
metabolisme. Suhu
air normal adalah suhu air yang memungkinkan makhluk hidup dapat melakukan
metabolism dan berkembang biak. Suhu merupakan faktor fisik yang sangat penting
di air (Tancung, 2007).
Suhu
suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang, ketinggian daripermukaan laut,
sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran serta kedalaman daribadan air.
Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, dan biologidi badan
air. Peningkatan suhu mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksikimia,
evaporasi dan volatilisasi. Selain itu, peningkatan suhu air juga mengakibatkan
penurunan kelarutan gas dalam air seperti O2, CO2, N2, dan CH4 (Barus, 2004).
2.3.2. pH air
Derajat
keasaman merupakan gambaran jumlah atau aktivitas ion hidrogendalam perairan.
Secara umum nilai pH menggambarkan seberapa besar tingkatkeasaman atau kebasaan
suatu perairan. Perairan dengan nilai pH = 7 adalahnetral, pH < 7 dikatakan
kondisi perairan bersifat asam, sedangkan pH > 7dikatakan kondisi perairan
bersifat basa. Adanya karbonat,bikarbonat dan hidroksida akan
menaikkan kebasaan air, sementara adanya asam- asam mineral bebas dan asam
karbonat menaikkan keasaman suatu perairan
(Effendi, 2003).
Nilai pH yang
terlalu asam atau basa berbahaya bagi kelangsungan hidup plankton karena akan
menyebabkan berbagai gangguan metabolisme termasuk respirasi. Organisme air
dapat hidup dalam suatu perairan yang mempunyai nilai pH netral dengan kisaran
toleransi antara asam lemah sampai basa. Nilai pH yang ideal bagi kehidupan
organisme akuatik pada umumnya berkisar antara 7 sampai 8,5. Kondisi perairan
yang sangat asam maupun sangat basa akan membahayakan kelangsungan hidup
organisma karena akan menyebabkan terjadinya berbagai gangguan seperti gangguan
metabolisme dan respirasi (Barus, 2004).
2.3.3. Penetrasi Cahaya
Cahaya
matahari merupakan salah satu faktor fisika yang memegang peranan penting dalam
perubahan produktivitas primer. Jika kedalaman penetrasi cahaya yang menembus
air sudah diketahui, maka dapat diketahui sampai dimana proses asimilasi
tumbuhan terjadi. Energi cahaya matahari digunakan dalam proses fotosintesis,
diserap oleh pigmen klorofil dan diubah menjadi energi kimia yang digunakan
dalam proses reduksi karbonkdioksida sehingga terbentuk bahan organik sebagai
hasil akhit akhit fotosintesis. Cahaya yang tampak kemudian dipantulkan
terutama pada panjang gelombang hijau dan secara keseluruhan radiasi matahari
yang aktif dalam fotosintesisnya 40% (Effendi, 2003).
Kekeruhan sebagai
intensitas kegelapan didalam air yang disebabkan oleh bahan-bahan yang
melayang. Kekeruhan perairan umumnya disebabkan oleh adanya partikel-partikel
suspensi seperti tanah liat, lumpur, bahan-bahan organik terlarut, bakteri,
plankton dan organisme lainnya.Kekeruhan perairan menggambarkan sifat optik air
yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh
bahan-bahan yang terdapat dalam air (Wibisono,
2005).
Kecerahan
perairan sangat dipengaruhi oleh keberadaan padatan tersuspensi, zat-zat
terlarut, partikel- partikel dan warna air. Pengaruh kandungan lumpur yang
dibawa oleh aliran sungai dapat mengakibatkan tingkat kecerahan air danau
menjadi rendah, sehingga dapat menurunkan nilai produktivitas perairan (Nybakken,
1992).
2.3.4. Kadar Oksigen Terlarut
Oksigen terlarut
adalah gas oksigen yang terlarut dalam air. Oksigen terlarut dalam perairan
merupakan faktor penting sebagai pengatur metabolisme tubuh organisme untuk
tumbuh dan berkembang biak. Sumber oksigen terlarut dalam air berasal dari
difusi oksigen yang terdapat di atmosfer, arus atau aliran air melaluiair hujan
serta aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton. Difusi oksigen
atmosfer ke air bisa terjadi secara langsung pada kondisi air stagnant (diam) atau terjadi karena agitasi
atau pergolakan massa air akibatadanya gelombang atau angin. Difusi oksigen
dari atmosfer ke perairan padahakekatnya berlangsung relatif lambat, meskipun
terjadi pergolakan massa air atau gelombang (Barus, 2004).
Oksigen terlarut (Dssolved Oxigen = DO) dibutuhkan
oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat
yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Di samping
itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi dan anorganik dalam proses aerobik.
Oksigen terlarut merupakan
suatu faktor yang sangat penting dalam ekosistem akuatik, terutama sekali
dibutuhkan untuk proses respirasi bagi sebagian besar organisme (Salmin, 2005).
Di
perairan danau, oksigen lebih banyak dihasilkan oleh fotosintesis alga yang banyak
terdapat pada zone epilimnion, sedangkan pada perairan tergenang yang dangkal
dan banyak ditumbuhi tanaman air pada zone litoral, keberadaaan
oksigen lebih banyak dihasilkan oleh
aktivitas fotosintesis tumbuhan air. Keberadaan oksigen terlarut di perairan
sangat dipengaruhi oleh suhu, salinitas, turbulensi air,dan tekanan atmosfer.
Kadar oksigen berkurang dengan semakin meningkatnya suhu, ketinggian, dan
berkurangnya tekanan atmosfer. Penyebab utama berkurangnya
kadar oksigen terlarut dalam air disebabkan karena adanya zat pencemar yang
dapat mengkonsumsi oksigen (Salmin, 2005).
BAB
III
METODOLOGI
3.1. Lokasi dan Waktu Pengamatan
Praktikum
Ekologi Perairan tentang Produktivitas Ekosistem Perairan dilaksanakan pada
Selasa, 27 Maret 2012 pada pukul 12.30 - 16.00 WIB di Kawasan Danau Situ
Gintung, Ciputat, Tangerang Selatan dan Pusat Laboratorium Terpadu, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3.2.
Alat dan Bahan
Alat yang
digunakan dalam praktikum ini adalah water sampler bottle, DO-meter, pH
meter, kertas indikator universal, statif, labu erlenmeyer 250 ml, beaker
glass, gelas ukur 100 ml, botol Winkler, pipet tetes, alat tulis, label, kertas
karbon hitam, dan selotip. Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini
adalah larutan NaOH, indikator fenoftalein, dan air danau.
3.3.
Cara Kerja
Pencuplikan air dilakukan
dengan menggunakan water sampler bottle.
Sampel air yang diambil dimasukan kedalam 3 botol Winkler yang sudah diketahui
volumenya. Semua botol dilakukan pengukuran kadar oksigen awal menggunkan
DO-meter dan pH menggunakan kertas indikator universal. Botol pertama kemudian
segera dititrasi dengan larutan NaOH. Air cuplikan sebanyak 100 ml dimasukkan
ke dalam 250 ml labu erlenmeyer kemudian ditetesi indikator fenoftalein
sebanyak 10 tetes. Kemudian larutan dititrasi dengan larutan NaOH hingga timbul
warna merah muda. Jumlah NaOH yang terpakai menunjukkan kandungan CO2
bebas terlarut dalam satuan mg/L.Dua botol lainnya digunakan untuk botol terang dan botol gelap. Satu
botol digelapkan dengan melapisinya menggunakan kertas karbon dan botol lain
dibiarkan terkena cahaya. Keduanya kemudian didiamkan selama 24 jam untuk
proses respirasi dan fotosintesis. Setelah 24 jam, dilakukan pengukuran kadar
oksigen, pH, dan temperatur pada kedua botol tersebut dan dicatat hasilnya.
3.4.
Analisis Data
- Laju Respirasi (R)

Keterangan
: C0 = konsentrasi O2 awal (mg/L)
CD = konsentrasi O2
akhir di botol gelap (mg/L)

R = laju respirasi (mg/ L/jam)
- Produktivitas fotosintesis total (PG)

Keterangan
: PG = produktivitas fotosintesis total
CL = konsentrasi O2 akhir di botol
terang (mg/L)
CD
= konsentrasi O2 akhir di botol gelap (mg/L)

- Produktivitas primer bersih (PN)

PN = PG
- R
Keterangan
: PN = produktivitas primer bersih
CL = konsentrasi O2 akhir di botol
terang (mg/L)
CO = konsentrasi O2 awal (mg/L)

BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Pengamatan yang
telah dilakukan pada Kawasan Danau Situ Gintung, Ciputat, Tangerang Selatan
untuk mengetahui produktivitas perairan danau didapatkan hasil sebagai berikut
:
Tabel
1. Nilai Produktivitas Ekosistem Perairan Situ Gintung, Ciputat, Tangerang
Selatan.
Titik
Sampling
|
Produktivitas Fotosintesis Total
(PG)
(mgO2/L/jam)
|
Laju Respirasi (R)
(mgO2/L/jam)
|
Produktivitas Primer Bersih
(PN)
(gC/L/jam)
|
1
|
0,0916
|
0,7125
|
-0,6209
|
2
|
-0,067
|
0,84
|
0,897
|
3
|
0,11
|
1,22
|
-1,11
|
4
|
0,345
|
0,079
|
0,266
|
5
|
0,325
|
1,36
|
-1,035
|
Berdasarkan
tabel 1 dapat diketahui nilai produktivitas fotosintesis total (PG) pada
titik pertama sebesar 0,0916, titik kedua sebesar -0,067, titik ketiga sebesar
0,11, titik keempat sebesar 0,345 dan pada titik kelima 0,325. Nilai
produktivitas fotosintesis pada titik pertama menunjukkan hasil yang positif.
Hal ini berarti aktivitas fotosintesis masih dapat berlangsung disebabkan
fitoplankton yang ada di dalam sampel air danau masih dapat melakukan aktivitas
fotosintesis sehingga akan menghasilkan produktivitas primer. Intensitas cahaya
yang masuk ke dalam ke air pada botol terang akan mendukung kehidupan organisme
tersebut dalam habitatnya. Begitupula pada titik ketiga, keempat dan kelima
yang menunjukkan hasil yang positif. Pada titik keempat produktivitas
fotosintesis totalnya paling besar dikarenakan faktor udara disekelilingnya yang
dapat meningkatkan kadar oksigen terlarut sehingga dapat meningkatkan
produktivitas fotosintesis total. Titik kedua menunjukkan nilai yang negatif
hal ini dapat disebabkan karena lokasi yang berada di tepian yang cenderung
terkontaminasi dengan limbah rumah tangga yang dapat menurunkan kadar oksigen
terlarutnya sehingga menurunkan aktivitas fotosintesis organisme autotrof
perairan.
Berdasarkan
tabel 1 dapat diketahui laju respirasi (R) pada titik pertama sebesar 0,7125, titik kedua sebesar 0,84, titik
ketiga sebesar 1,22, titik keempat sebesar 0,079 dan pada titik kelima 1,36.
Laju respirasi pada semua titik menunjukkan hasil yang positif. Nilai positif
tersebut menunjukkan bahwa respirasi berlangsung dengan baik. Sehingga mampu
menunjang kehidupan organisme di dalamnya. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas
respirasi pada perairan tersebut lebih banyak dilakukan dibandingkan aktivitas
fotosintesis. Hal ini berarti organisme-organisme yang melakukan aktivitas
respirasi tersebut lebih banyak.
Berdasarkan
tabel 1 dapat diketahui produktivitas primer bersih (PN) pada titik
pertama sebesar -0,6209,
titik kedua sebesar 0,897,
titik ketiga sebesar -1,11, titik keempat sebesar 0,266 dan
pada titik kelima -1,035.
Nilai tersebut menunjukkan jumlah sisa energi yang telah terpakai yang akan
disimpan dalam bentuk zat-zat organik yang dapat digunakan sebagai bahan
makanan bagi organisme heterotrof. Pada titik pertama, ketiga dan kelima
menghasilkan nilai yang negatif. Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas primer
bersih pada titik tersebut sangat kurang menunjang kehidupan organisme lainnya
pada tingkatan-tingkatan tropik organisme perairan. Sehingga organisme pada
tingkatan tropik lainnya ada yang tidak mendapatkan sumber nutrisi dengan baik.
Pada titik kedua dan titik keempat menghasilkan nilai yang positif. Hal ini
menunjukkan bahwa produktivitas primer bersih pada titik tersebut masih dapat
menunjang kehidupan organisme lainnya pada tingkatan-tingkatan tropik organisme
perairan.
Produktivitas
primer bersih digunakan bagi jumlah sisa produktivitas primer kotor yang
sebagian digunakan tumbuhan. Untuk respirasi, produktivitas primer inilah yang
tersedia bagi tingkatan-tingkatan tropik lain (Nyabakken, 1992).

Grafik 1. Pengukuran Oksigen Terlarut terhadap Produktivitas
Ekosistem Perairan Danau Situ Gintung, Tangerang Selatan
Berdasarkan
grafik 1 didapat hasil pengukuran DO awal botol terang dan
botol gelap pada titik kelima menghasilkan nilai tertinggi yaitu berturut-turut
46,9 mg/L dan 41 mg/L. Hal ini disebabkan karena faktor hembusan angin yang
cukup kencang sehingga membawa oksigen bebas yang ada diudara dan menyebaban
kadar oksigen terlarutnya cukup tinggi dibandingkan yang lain. Pengukuran DO
akhir botol terang dan botol gelap pada titik kelima juga menghasilkan nilai
tertinggi yaitu berturut-turut 16,2 mg/L dan 8,4 mg/L. DO yang tinggi mampu
menghasilkan produktivitas yang besar pula sehingga mampu menunjang kehidupan
organisme yang ada di dalamnya. DO yang rendah cenderung akan menghambat aktivitas
organisme yang ada didalamnya sehingga pada titik yang memiliki DO rendah
kemungkinan tidak ditemukan organisme autotrof yang melakukan aktivitas
fotosintesis untuk menghasilkan produktivitas dalam ekosistem perairan.
Berdasarkan data yang didapatkan rata-rata DO awal pada botol terang lebih
besar dibandingkan botol terang, begitu pula pada DO akhir botol terang lebih
besar dari botol gelap. Hal ini dapat disebabkan karena pengaruh kertas karbon
hitam yang diberikan pada botol gelap dapat mempengaruhi intensitas cahaya yang
masuk ke dalamnya. Karena intensitas cahaya yang masuk dapat membantu
terjadinya aktivitas fotosintesis sehingga menghasilkan oksigen terlarut.
Sehingga kadar oksigen awal dan akhir pada botol terang jauh lebih banyak dari
botol gelap
Pengukuran DO titrasi didapatkan hasil terendah
yaitu sebesar 8,3 mg/L pada titik pertama dan kelima. Hal ini menunjukkan bahwa kadar oksigen yang terlarut dalam air sangat
sedikit. Nilai tersebut menunjukkan bahwa banyak kandungan karbondioksida di dalamnya
karena terbukti dari hasil titrasi Winkler yang telah dilakukan bahwa air danau
telah berubah menjadi warna merah muda hanya dengan 1 tetes fenoftalein dan
sebelum dititrasi dengan larutan NaOH. Namun nilai tersebut masih dapat mendukung
kehidupan organisme di dalamnya. Kandungan Oksigen terlarut (DO)
didalam air yang dapat mendukung kehidupan organisme airberkisar antara 4-8
mg/L (Effendi, 2003).

Grafik 2. Pengukuran Suhu terhadap Produktivitas
Ekosistem Perairan Danau Situ Gintung, Tangerang Selatan
Berdasarkan grafik 2 pengukuran suhu
terang awal didapatkan hasil tertinggi dengan nilai 34,1°C pada titik kedua dan
suhu gelap awal tertinggi dengan nilai 34°C pada titik kelima serta suhu
titrasi tertinggi pada titik kelima juga dengan nilai 35,2°C. Dikarenakan pada
titik sampling tersebut suhu disekitarnya sangat terik sehingga menyebabkan
suhu air meningkat yang juga akan meningkatkan kebutuhan plankton akan oksigen.
Hal
ini disebabkan karena temperatur dapat memicu aktivitas fisiologis plankton
sehingga kebutuhan akan oksigen semakin meningkat. Suhu yang tinggi mempengaruhi produktivitas ekosistem perairan karena suhu
tinggi akan menghambat pengikatan oksigen bebas yang ada diudara sehingga
aktivitas untuk berespirasi menjadi terhambat.
Suhu terang awal dan akhir terendah
didapatkan pada titik pengamatan pertama dengan nilai yang sama yaitu 31,2°C.
Hal ini disebabkan karena pada titik pengamatan tersebut terdapat banyak angin
yang berhembus sehingga suhunya mempengaruhi suhu air pada titik tersebut. Suhu
yang rendah termasuk suhu yang optimal karena dapat meningkatkan produktivitas
perairan karena suhu yang rendah mampu membantu organisme seperti plankton
untuk mengikat oksigen bebas yang ada di udara.
Suhu yang optimal dapat membantu
meningkatkan produktivitas ekosistem perairan karena oksigen dapat dengan mudah
diikat dari udara bebas. Suhu optimal yang dapat ditolerans oleh organisme
perairan berkisar antara 27-31°C (Barus, 2004).

Grafik 3. Pengukuran Derajat Keasaman terhadap
Produktivitas Ekosistem Perairan Danau Situ Gintung, Tangerang Selatan
Berdasarkan grafik 3 didapat hasil pengukuran
pH tertinggi terdapat pada titik pengamatan keempat dengan nilai 8. Hal ini menunjukan bahwa nilai pH pada lokasi tersebut bersifat basa
dikarenakan kandungan air didalamnya cukup banyak mengandung karbondioksida.
Sehingga menyebabkan derajat keasamannya bersifat basa. Pada titik pengamatan
pertama, kedua, ketiga dan keempat memiliki derajat keasaman sebesar 7. Hal ini
berarti pH air bersifat netral dan masih normal serta baik untuk kehidupan
organisme akuatik dalam arti kehidupan organisme didalamnya mempunyai
keseimbangan yang baik sehingga mampu menciptakan pH yang tetap netral.
Organisme
air dapat hidup dalam suatu perairan yang mempunyai nilai pH netral dengan
kisaran toleransi antara asam lemah sampai basa. Nilai pH yang ideal bagi
kehidupan organisme akuatik pada umumnya berkisar antara 7-8,5. Kondisi
perairan yang sangat asam maupun sangat basa akan membahayakan kelangsungan
hidup organisma karena akan menyebabkan terjadinya berbagai gangguan seperti
gangguan metabolisme dan respirasi (Barus, 2004).
BAB
V
KESIMPULAN
·
Produktivitas
Fotosintesis Total tertinggi di Danau Situ Gintung ditemukan pada titik
pengamatan keempat dengan nilai 0,345 mgO2/L/jam
·
Laju Respirasi
tertinggi di Danau Situ Gintung ditemukan pada titik pengamatan kelima dengan
nilai 1,36 mgO2/L/jam
·
Produktivitas
Primer Bersih tertinggi di Danau Situ Gintung ditemukan pada titik pengamatan
kedua dengan nilai 0,897 gC/L/jam
·
Faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi produktivitas ekosistem perairan yaitu suhu air, pH
air, kadar oksigen terlarut dan kecerahan air.
DAFTAR
PUSTAKA
Barus,
T. A. 2004. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Air
Daratan.
Medan: USU Press.
Effendie. 2003. Telaah kualitas air bagi
pengelolaan sumberdaya dan
lingkungan perairan. Kanisius.
Jogjakarta
Nybakken,
J.W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis.
PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta,
Indonesia
Salmin.2005. Oksigen terlarut
(DO) dan kebutuhan oksigen biologi (BOD)
sebagai salah satu indikator untuk
menentukan kualitas perairan
Oseana, Volume XXX,
Nomor 3, 2005 : 21 –
26.www.oseanografi.lipi.go.id/volxxxno33.pdf.
(28.03.2012)
Sumawidjaja, K. 1979. Limnologi.
Fakultas Perikanan IPB, Bogor
Tancung, A.B.
2007.
Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya
Perairan.
Agromedia Pustaka : Jakarta
Wibisono,
W.S. 2005. Pengantar Ilmu Kelautan. PT Grasindo. Jakarta
LAMPIRAN
Data
pengukuran faktor fisik dan kimia terhadap produktivitas ekosistem perairan
Danau Situ Gintung.
Kel
|
Botol Gelap
|
Botol Terang
|
||||||||||
|
pH
|
DO
|
Suhu
|
pH
|
DO
|
Suhu
|
||||||
|
Awal
|
Akhir
|
Awal
|
Akhir
|
Awal
|
Akhir
|
Awal
|
Akhir
|
Awal
|
Akhir
|
Awal
|
Akhir
|
1
|
6,60
|
7
|
21,8
|
8,4
|
31,2
|
28
|
6,60
|
7
|
23,3
|
6,2
|
31,2
|
28
|
2
|
6,91
|
7
|
21,8
|
0,3
|
34,1
|
27,8
|
6,91
|
6
|
22,2
|
1,9
|
33,8
|
28
|
3
|
7,73
|
7
|
34,6
|
4,1
|
32,7
|
28
|
7,73
|
7
|
30,8
|
1,5
|
32,3
|
27,9
|
4
|
6,63
|
8
|
38,7
|
10,2
|
32,5
|
30,5
|
6,63
|
6
|
31,7
|
1,9
|
33,5
|
28
|
5
|
6,58
|
7
|
46,9
|
16,2
|
33,5
|
28,4
|
6,58
|
7
|
41
|
8,4
|
34
|
35,2
|
KELOMPOK 1
Ø Laju Respirasi (R)
R = (C0 – CD) / Δt
R =
23,3 – 6,2 / 24 jam
R = 0,7125 mg O2/L/jam
Ø Produktivitas Fotosintesis Total (PG)
PG
= (CL – CD) / Δt
PG
= 8,4 – 6,2 / 24 jam
PG = 0,0916 mgO2/L/jam
Ø Produktivitas Primer Bersih (PN)
PN
= PG – R
PN = 8,4 – 23.3
PN = -0,6209 mg O2/L/jam
KELOMPOK 2
Ø Laju Respirasi (R)



Ø Produktivitas Fotosintesis Total (PG)


Ø Produktivitas primer bersih
PN
= PG – R
PN = 0,83 – (-0,067)
= 0,897 mg/L/Jam
KELOMPOK 3
Ø Laju Respirasi
R
= (C0 – CD) / Δt
R
= (30,8 - 1,5) / 24
R = 29,3 / 24 = 1,22 mgO2/L/jam
Ø Produktivitas Fotosintesis Total
PG
= (CL – CD) / Δt
PG
= (4,1 – 1,5) / 24
PG = 2,6 / 24
= 0,11 mgO2/L/jam
Ø Produktivitas Primer Bersih
PN
= (CL – C0) / Δt
atau PN = PG
- R
PN = 0,11 – 1,22
PN = -1,11 gC/L/jam
KELOMPOK 4
Ø Laju Respirasi (R)
R = (C0 – CD) / Δt
R = (31,7 – 1,9) / 24
R = 0,079 mg/L/jam
Ø Produktivitas fotosintesis total (PG)
PG = (CL – CD) / Δt
PG = (10,2 – 1,9) / 24
PG
= 0,345 mgO2/L/jam
Ø Produktivitas primer bersih (PN)




KELOMPOK 5
Ø Laju Respirasi (R)
R = (C0 – CD) / Δt
R = (41 – 8,4) / 24
R = 1,358 mgO2/L/jam
Ø Produktivitas fotosintesis total (PG)
PG = (CL – CD) / Δt
PG = (16,2 – 8,4) / 24
PG = 7,8 / 24 = 0,325 mgO2/L/jam
Ø Produktivitas primer
bersih (PN)




Tidak ada komentar:
Posting Komentar